A. Protein
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan  atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam  pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik, karena adanya enzim, suatu protein yang  berfungsi sebagai biokatalis. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan  disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Beberapa  makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang,  kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Tumbuhan membentuk protein dari  CO2, H2O,  dan senyawa Nitrogen. Hewan yang memakan tumbuhan mengubah protein  nabati menjadi protein hewani.
Disamping digunakan untuk pembentukan  sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi  apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak.
Komposisi rata-rata  unsur kimia yang terdapat pada protein ialah sebagai berikut: karbon  50%, Hidrogen 7%, Oksigen 23%, Nitrogen 16%, Belerang 0-3%, dan Fosfor  0-3%. Dengan pedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan  penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan.
Nama Bahan Makanan 
 | 
Kadar Protein (%) 
 | 
Daging Ayam 
 | 
18,2 
 | 
Daging Sapi 
 | 
18,8 
 | 
Telur Ayam 
 | 
12,8 
 | 
Susu Sapi Segar 
 | 
3,2 
 | 
Keju 
 | 
22,8 
 | 
Bandeng 
 | 
20,0 
 | 
Udang Segar 
 | 
21,0 
 | 
Kerang 
 | 
8,0 
 | 
Beras Tumbuk Merah 
 | 
7,9 
 | 
Beras Giling 
 | 
6,8 
 | 
Kacang Ijo 
 | 
22,2 
 | 
Kedelai Basah 
 | 
30,2 
 | 
Tepung Terigu 
 | 
8,9 
 | 
Jagung Kuning (Butir) 
 | 
7,9 
 | 
Pisang Ambon 
 | 
1,2 
 | 
Durian 
 | 
2,5 
 | 
Protein  mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5.000  sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein  akan menghasilkan asam-asam amino.
Ada protein yang mudah larut dalam  air tetapi juga ada yang sukar larut dalam air. Rambut dan kuku adalah  suatu protein yang tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi,  sedangkan protein yang terdapat dalam air dan mudah bereaksi.
B. Karakteristik Protein
> Protein ikan bersifat tidak stabil dan mempunyai sifat dapat berubah (denaturasi) dengan berubahnya kondisi lingkungan.
> Apabila larutan protein tersebut di asamkan hingga mencapai pH 4,5 – 5 maka akan terjadi pengendapan atau salting out.
> Sebaliknya apabila dipanaskan seperti dalam pemasakan atau penggorengan , protein ikan menggumpal atau terkoagulasi.
> Protein juga dapat mengalami denaturasi apabila dilakukan pengurangan kandungan air, baik selama pengeringan maupun pembekuan.
> Protein otot sebagaian besar dalam bentuk koloid, baik berupa sol maupun gel.
Kemampuan  untuk mengektraksi protein miosoin lewbih besar pda pH yang aghak  tinggi, tetapi kekutan gel daging ikan pada produk akhir lebih rendah  meskipun jumlah myosin yang diekstrak lebih banyak.
C. Klasifikasi Protein
Hingga saat ini belum ada klasifikasi protein yang secara umum memuaskan. Klasifikasi protein yang menonjol didasarkan pada antara lain:
- Kelarutan
- Bentuk keseluruhan
- Peranan biologis
Pembagian protein juga dapat dilakukan berdasarkan fungsi dan  strukturnya.
Berdasarkan fungsinya, protein diklasifikasikan menjadi:
(i)  protein enzim, berperan dalam mempercepat reaksi-reaksi biokimia,
(ii)  protein sruktural, membentuk struktur-struktur biologis,
(iii) protein  transpor, berperan sebagai pengangkut  subtansi-subtansi penting, dan
(iv) protein pertahanan, melindungi  tubuh dari invasi benda-benda asing.
Berdasarkan strukturnya, protein  diklasifikasikan menjadi:
(i) protein globular, memiliki  pelipatan-pelipatan yang kompleks, struktur tertier dengan bentuk yang tidak teratur.
(ii) protein serabut, memanjang, lipatan sederhana,umum dijumpai pada  protein struktural.
Dalam uraian berikut ini hanya dibahas klasifikasi berdasarkan bentuk dan peranan biologisnya.
a. Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi
1) Protein globular
Rantai polipeptida mengandung banyak lipatan dan berbelit. Rasio aksial  kurang dari 10, misalnya insulin, albumin, globulin plasma, dan  kebanyakan enzim.
2) Protein fibrosa
Rantai  polipeptida atau kelompok rantai yang membelit dalam bentuk spiral atau  heliks, dan dihubungkan oleh ikatan disulfida dan hidrogen. Rasio aksial lebih besar dari 10, misalnya keratin dan miosin.
b. Ikatan-ikatan pada Struktur Protein
Struktur protein umumnya dipertahankan oleh dua ikatan sangat kuat yaitu  ikatan peptida dan ikatan disulfida; dan tiga ikatan yang lemah, yaitu  ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik dan interaksi elektrostatif.
1) Ikatan peptida
Ikatan peptida adalah ikatan yang menghubungkan atom a-karboksil dari  suatu asam amino dan atom a nitrogen dari asam amino yang lain.
Peptida yang dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut dipeptida; bila dibentuk oleh 3 molekul asam amino disebut  tripeptida; dan bila dibentuk oleh banyak molekul asam amino disebut  polipeptida.
2) Ikatan disulfida
Terbentuk antara 2 residu sistein yang saling berhubungan 2 bagian rantai polipetida melalui residu sistein.
3) Ikatan hidrogen
Terbentuk antara gugus NH- atau -OH dan gugus C=O dalam ikatan peptida  atau -COO- dalam gugus R, misalnya dua peptida mungkin membentuk ikatan hidrogen.
4) Interaksi hidrofobik
Rantai samping non polar asam amino netral pada protein cenderung bersekutu.
5) Interaksi elektrostatik
Merupakan ikatan garam antara gugus yang bermuatan berlawanan pada rantai samping asam amino.
Klasifikasi protein berdasarkan daya kelarutannya
- Albumin: protein yang dapat melarut dalam air, dan dapat dipresipitatkan dari larutan pada konsentrasi garam yang tinggi.
- Globulin: protein ini umumnya tidak melarut dalam air yang basa, garam, dan dapat melarut dalam larutan garam encer.
- Glutelin: protein yang tidak melarut dalam larutan netral, retapi melarut dalam asam atau alkali encer.
- Prolamine: protein yang melarut dalam 70-80% etanol dan tidak melarut dalam air atau etanol absolute.
Klasifikasi protein berdasarkan fungsinya.
- Enzim, berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam jasad hidup.
- Protein pembangunan, berfungsi sebagai unsur pembentuk struktur biologi kekuatan.
- Protein kontraktil, berfungsi sebagai protein yang memberikan kemampuan kepada sel dan organisme untuk berkontraksi, mengubah bentuk atau gerak.
- Protein  pengangkut, memiliki kemampuan mengikat molekul tertentu dan melakukan  pengangkutan berbagai macam zat melalui aliran darah.
- Protein pengatur, yaitu beberapa protein membantu mengatur aktivitas seluler atau fisiologis, diantaranya yaitu hormon.
- Protein bersifat racun, yaitu yang dapat menyebabkan keracunan makanan.
- Protein  pelindung, yaitu protein khusus yang dibuat oleh limposit yang dapat  mengenali dan mengendapkan atau menetralkan serangan bakteri, virus atau  protein asing dari spesies lain.
- Protein cadangan, protein ini disimpan untuk berbagai proses metabolisme dalam tubuh.
D. Penggolongan protein
Berdasarkan  strukturnya protein dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu golongan  protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan protein  sederhana ialah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam  amino.
Sedangkan protein gabungan ialah protein yang terdiri atas  protein dan gugus bukan protein, gugus ini disebut gugus prostetik dan  terdiri ats karbohidrat, lipid, asam nukleat. Protein sederhana dapat  dibagi dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya yaitu protein biber  dan protein globular. Protein fiber mempunyai molekul panjang seperti  serat atau serabut. Sedangkan protein globular berbentuk bulat.
Protein Fiber
Molekul  protein ini terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang memanjang dan  dihubungkan satu dengan yang lain oleh beberapa ikatan silang hingga  merupakan bentuk serat atau serabut yang stabil. Struktur protein fiber  telah banyak diteliti dengan menggunakan analisis difraksi sinar X. ciri  khas protein fiber terdapat pada beberapa jenis protein. Yang termasuk  golongan ini adalah antara lain:
1. Konfigurasi alfa helix pada kratin
2. Lembaran berlipat parallel dan anti parallel pada protein sutra alam; dan
3. Helix tripel pada kolagen
Sifat  umum protein fiber ialah tidak larut dalam air dan sukar diuraikan oleh  enzim. Kolagen adalah suatu jenis protein yang terdapat pada jaringan  ikat. Kratin adalah protein yang terdapat dalam bulu domba, sutra alam,  rambut, kulit, kuku dan sebagainya. Struktur kelatin hampir seluruhnya  terdiri atas rantai polipeptida yang berbentuk alfa helix.
Protein Globular
Umunya  berbentuk bulat atu elips dan terdiri atas rantai polipeptida yang  berlipat. Protein globular pada umunya mempunyai sifat dapat larut dalam  air, dalam larutan asam atau basa dan dalam etanol. Beberapa jenis  protein globular yaitu albumin, globulin, histon, dan protamin.
Protein Gabungan
Yang  dimaksud dengan protein gabungan ialah, protein yang berikatan dengan  senyawa yang bukan protein. Gugus bukan protein ini disebut gugus  prostetik. Ada beberapa jenis protein gabungan antara lain mukoprotein,  glikoprotein, lipoprotein, dan nucleoprotein.
Mukoprotein  adalah gabungan antara protein dan karbohidrat dengan kadar lebih dari  4% dihitung sebagai heksosamina. Karbohidrat yang terikat ini berupa  polisakarida kompleks yang mengandug N-asetilheksosamina bergabung  dengan asam uronat atau monosakarida lain.
Mukoprotein yang mudah larut  terdapat pada bagian putih telur, dalam serum darah dan urin wanita yang  sedang hamil.protein ini tidak mudah terdenaturasi oleh panas atau  diendapkan oleh zat-zat yang biasanya dapat mengendapkan protein,  misalnya triklor asam asetat atau asam pikrat. Glikoprotein adalah juga  terdiri atas protein dan karbohidrat, tetapi dengan kadar hexosamina  kurang dari 4%.
Lipo protein  adalah gabugan antara protein yang larut dalam air dengan lipid.  Lipoprotein terdapat dalam serum darah, dalam otak dan jaringan syaraf.  Gugus lipid yang biasanya terikat pada protein dalam lipoprotein  antara lain lesitin dan kolesterol. Nucleoprotein terdiri atas protein  yang bergabung dengan asam nukleat. Asam nukleat ini terdapat antara  lain dalam inti sel.
E. Sifat-sifat Protein
- Ionisasi
Protein  yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif  dan negative. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk ion  positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negative.  Protein mempunyai isolistrik yang berbeda-beda.
- Denaturasi
Beberapa  jenis protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya.Suatu  protein mempunyai arti bagi tubuh apabila protein tersebut di dalam  tubuh dapat melakukan aktivitas biokimiawinya yang menunjang kebutuhan  hidup.
Aktivitas ini banyak tergantung pada struktur dan konformasi  molekul protein berubah,misalnya oleh perubahan suhu, Ph atau karena  terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain, ion-ion logam, maka aktivitas  biokimiawinya akan berkurang.perubahan konformasi alamiah menjadi suatu  konformasi yang tidak menentu merupakan suatu proses yang disebut  denaturasi.
Proses denaturasi ini kadang-kadang dapat berlangsung secara  reversible, kadang-kadang tidak. Penggumpalan protein biasanya didahului  oleh proses denaturasi yang berlangsung dengan baik pada titik  isolistrik protein tersebut. Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu 50 atau lebih.
- Viskositas
Viskositas  adalah tahanan yang timbul aleh adanya gesekan antara molekul-molekul  di dalam zat cair yang mengalir. Suatu larutan protein dalam air  mempunyai viskositas atau kekentalan yang relative lebih besar daripada  viskositas air sebagai pelarutnya.
Pada umumnya viskositas suatu larutan  tidak ditentukan atau diukur secara absolute, tetapi ditentukan  viskositas relatif, yaitu dibandingkan terhadap viskositas zat cair  tertentu.Alat yang digunakan untuk menentukan viskositas ini ialah  viscometer Oswald.
Pengukuran viskositas dengan alat ini didasarkan pada  kecepatan aliran suatu zat cair atau larutan melalui pipa tertentu. Serum  darah misalnya, mempunyai kecepatan aliran yang lebih lambat  dibandingkan dengan kecepatan aliran air.
Apabila viskositas air diberi  harga satu, maka viskositas serum darah mempunyai harga kira-kira antara  1,5 sampai 2,0. Viskositas larutan protein tergantung pada jenis  protein, bentuk molekul, konsentrasi serta larutan. Viskositas berbanding  lurus dengan konsentrasi tetapi berbanding terbalik dengan suhu.
Larutan  suatu protein yang bentuk molekulnya panjang mempunyai viskositas lebih  besar daripada larutan suatu protein yang berbentuk bulat. Pada titik  isolistrik viskositas larutan protein mempunyai harga terkecil.
- Kristalisasi
Banyak  protein yang telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal. Meskipun  demikian proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu  sama, artinya ada yang dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada  pula yang sukar. Beberapa enzim antara pepsin, tripsin, katalase, dan  urease telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal.
Albumin pada serum  atau telur sukar dikristalkan. Proses kristalisasi protein sering  dilakukan dengan jalan penambahan garam ammonium sulfat atau NaCl pada  larutan dengan pengaturan pH pada titik isolistriknya. Kadang-kadang  dilakukan pula penambahan aseton atau alkohol dalam jumlah tertentu.
Pada  dasarnya semua usaha yang dilakukan itu dimaksudkan untuk menurunkan  kelarutan protein dan ternyata pada titik isolistrik kelarutan protein  paling kecil, sehingga mudah dapat dikristalkan dengan baik.
- System koloid
Pada  tahun 1861 Thomas Graham membagi zat-zat kimia dalam dua kategori,  yaitu zat yang dapat menembus membran atau kertas perkamen dan zat yang  tidak dapat menembus membran.
Oleh karena yang mudah menembus membrane  adalah zat yang dapat mengkristal, maka golongan ini disebut kristaloid,  sedangkan golongan lain yang tidak dapat menembus membrane disbut  koloid. Pengertian koloid pada waktu ii lebih banyak dihubungkan dengan  besarnya molekul atau pada bobot molekul yang besar.
Molekul yang besar  atau molekul makro apabila dilarutkan dalam air mempunyai sifat koloid,  yaitu tidak dapat menembus membrane atau kertas perkamen, tetapi tidak  cukup besar sehingga tidak dapat mengendap secara alami.
System koloid  adalah system yang heterogen, terdiri atas dua fase, yaitu partikel keci  yang terdispersi dan medium atau pelarutnya. Pada umumnya partiel  koloid mempunyai ukuran antara 1 milimikaro-100 milimikro, namun batas  ini tidak selalu tetap, mungkin lebih besar.
Bobot molekul beberapa  protein telah ditentukan berdasarkan kecepatan pengendapan dengan  menggunakan ultrasentrifuga yang mempunyai kecepatan putar kira-kira  60.000 putaran per menit.
Bobot Molekul Beberapa Protein
Protein 
 | 
Bobot Molekul 
 | 
Sitikrom c 
 | 
11.600 
 | 
Ribonuklease 
 | 
13.500 
 | 
Tripsin 
 | 
24.000 
 | 
Laktoglobulin 
 | 
35.000 
 | 
Hemoglobin 
 | 
64.500 
 | 
Heksokinase 
 | 
96.000 
 | 
Laktat dehidrogenase 
 | 
150.000 
 | 
Urease 
 | 
483.000 
 | 
Myosin 
 | 
620.000 
 | 
Imonoglobulin 
 | 
960.000 
 | 
Lipoprotein 
 | 
3-20 juta 
 | 
Reaksi-reksi khas protein
- Reaksi Xantoprotein
Larutan  asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam larutan protein.  Setelah dicampur terjadi endapat putih yang dapat berubah menjadi  kuning apabila dipanaskan.
Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti  benzene yang terdapat pada molekul protein . jadi reaksi ini positif  untuk protein yang mengandung tirosin. Fenilanin dan tripotan. Kulit kia  bila kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi  xantoprotein ini.
- Reaksi Hopkins-cole
Tripoptan  dapat berkondensasi dengan beberapa aldehid dengan bantuan asam kuat dan  membentuk senyawa yang berwarna .Larutan protein yang mengadung  tripoptan dapat di reaksikan dengan pereaksi Hopkins-cole yang mengadung  asam glioksilat.
- Reaksi Millon
Reaksi  millon adalah larutan dan merkuro dan merkuro nitrat dalam asam nitrat.  Apabila preaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan  endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan.
- Reaksi Nitroprusida
Natriumnitroprosida  dalam larutan amoniak akan  menghasilkan warna merah dengan protein  yang mempunyai gugus-SH bebas. Jadi protei yang mengandung sistein dapat  memberikan hasil positif. Gugus –s-s- pada sistin apabila direduksi  dahulu dapat juga memberikan hasil positif.
- Reaksi Sakaguchi
Reaksi  yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi  ini memberi hasil positif apabila ada gugus guanidine. Jadi arginin  atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah.
- Pemurnian protein
Langkah  awal dalam pemurnian protein ini ialah menentukan bahan alam yang akan  diproses. Penentuan ini didasarkan pada kadar protein yang terkandung  didalamnya. Langkah berikutnya ialah mengeluarkan protein dari bahan  alam tersebut.


